D
alam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat di kawasan rawan bencana tsunami, BPBD Kabupaten Bantul memberikan edukasi kesiapsiagaan gempabumi dan tsunami akibat aktivitas megathrust pada hari Sabtu (23/08/2025) dan Minggu (24/08/2025) di Kalurahan Poncosari, Srigading, dan Gadingsari. Kegiatan edukasi sendiri dilaksanakan dalam rangka Sambung Rasa dan Silaturahim Pimpinan DPRD DIY yang difasilitasi oleh Wakil Ketua DPRD DIY, Umaruddin Masdar, S.Ag.
Edukasi pada hari Sabtu dilaksanakan di Padukuhan Jragan I dan Padukuhan Kwaru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan oleh Fatah Y. Yudhanti, Penelaah Teknis Kebijakan Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana. Sementara itu, edukasi pada hari Minggu dilaksanakan di Padukuhan Nanggulan, Kalurahan Gadingsari dan Padukuhan Kalijurang, Kalurahan Srigading Kapanewon Sanden oleh Budianta, Pengolah Data dan Informasi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana.
Dalam paparannya, para narasumber menyampaikan beberapa hal, meliputi definisi, penyebab, sejarah, potensi, dan dampak gempabumi dan tsunami megathrust di pesisir selatan Kabupaten Bantul. Narasumber juga menyampaikan upaya Pemerintah Kabupaten Bantul dan pihak terkait untuk mengurangi risiko bencana akibat gempabumi dan tsunami tersebut. Narasumber juga menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.
Berdasarkan catatan BMKG, sejak tahun 1800-an, Kabupaten Bantul paling tidak pernah mengalami 4 kali tsunami, yakni pada tahun 2006, 1921, 1859, dam 1840. Sedangkan berdasarkan hasil pemodelan BMKG, Kabupaten Bantul berpotensi diguncang gempabumi hingga 8,8 Mw yang dapat menimbulkan tsunami dengan ketinggian mencapai 18-22 meter. Tsunami tersebut diperkirakan dapat menjangkau wilayah pesisir Kabupaten Bantul, meliputi Kalurahan Parangtritis, Tirtosari, Tirtohargo, Srigading, Gadingsari, Poncosari, Trimurti, Gadingharjo, Murtigading, Tirtomulyo, Donotirto, Seloharjo, Panjangrejo, Sidomulyo, dan Mulyodadi.
Menghadapi potensi tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul dan stakeholder terkait sudah melakukan upaya pengurangan risiko bencana, seperti sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana, pemasangan rambu evakuasi dan papan informasi, pembentukan Kalurahan Tangguh Bencana (Kaltana), pendampingan Tsunami Ready Community (TRC), pemasangan, uji, dan pemeliharaan sirene peringatan dini tsunami, pengembangan Satuan Pendidikan Aman Bencana, dan gladi kesiapsiagaan bencana.
Selain kegiatan tersebut, sebagai upaya untuk meningkatan kesiapsiagaan di tingkat individu dan keluarga, sejak tahun 2018 BPBD Kabupaten Bantul sudah menggalakkan Gerakan Keluarga Siap Tanggap Tangguh (Si Tatang). Gerakan tersebut memberikan panduan tindakan bagi keluarga di Kabupaten Bantul, baik pada tahap prabencana, saat bencana, dan pascabencana. Panduan tersebut meliputi 10 langkah tindakan pada tahap prabencana (siap), 4 langkah tindakan pada tahap darurat (tanggap), dan 6 langkah tindakan pada tahap pascabencana (tangguh). (Fatah Yogo)